TiMe..TiMe..

Join The Community

Selasa, 20 Oktober 2009

gangguan tidur bisa menyebabkan kematian!!!!

SUSAH tidur atau yang biasa dikenal dengan istilah insomnia selain bisa menyebabkan stres dan stroke, bisa pula menyebabkan kematian. Benarkah?

Malam hari adalah saat tepat untuk beristirahat dan memulihkan stamina setelah seharian beraktivitas. Banyak hal didapat tubuh dengan tidur yang cukup, mulai dari perasaan yang nyaman ketika terbangun di pagi hari hingga menghilangkan stres. Semuanya bisa didapat dengan tidur yang cukup dan berkualitas. Namun, bagaimana jika sering mengalami gangguan tidur?

Saat semua orang menikmati istirahat panjang di malam hari, tentulah sangat tidak nyaman jika terjaga sendiri tanpa bisa tidur pulas seperti orang-orang lain. Jika tidak bisa tidur di malam hari dan berlangsung terus menerus, mulailah menganggap bahwa ini adalah hal serius. Jangan sekali-kali meremehkannya, karena gangguan tidur berpotensi menyebabkan kematian.

Menurut Dr Olga Parra yang melakukan penelitian bersama tim peneliti dari University Hospital Barcelona, Spanyol, kesulitan tidur bisa berdampak pada naiknya risiko stroke yang mengakibatkan kematian. Kesulitan tidur kemungkinan disebabkan adanya gangguan secara berkala saat mengambil napas. Ini bisa menjadi risiko baru sebuah kematian yang disebabkan stroke.

Kesulitan untuk tidur atau insomnia diperkirakan dialami hampir 20 persen orang. Salah satu penyebabnya adalah sleep apnea, yaitu penderita mengalami gangguan pernapasan setidaknya dalam interval 10 detik atau lebih yang bisa dialami selama 300 kali dalam semalam.

Dalam penelitiannya, Dr Olga Parra melibatkan 161 pasien penderita stroke untuk melihat hubungan antara risiko stroke dengan gangguan dan kesulitan tidur. "Penelitian kami merupakan kali pertama yang menyebut adanya hubungan antara sleep apnea dan stroke yang bisa menimbulkan kematian," ujarnya.

Hubungan itu sangat jelas yaitu sleep apnea merupakan gangguan pernapasan selama tidur karena terhambatnya aliran udara. Bahkan, Dr Olga Parra mulai melakukan monitoring atas penderita stroke setelah pihak rumah sakit mendapati kenyataan adanya pasien yang mengalami stroke setelah mengalami gangguan selama tidur.

Selama hampir 30 bulan melakukan penelitian, Dr Olga Parra menghadapi kenyataan bahwa 22 dari 161 pasien meninggal dunia. Bahkan, setengah dari 22 pasien itu mengalami serangan stroke tahap kedua. Pasien yang paling tinggi dari 161 pasien itu adalah penderita sleep apnea dan menduduki risiko paling tinggi mengalami stroke.

Demikian kesimpulan tim pimpinan Dr Olga Parra yang dipublikasikan oleh The European Respiratory Journal. Stroke merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian dan terjadi jika aliran darah ke otak mengalami hambatan. Karena mengalami hambatan maka aliran oksigen tidak bisa mengalir ke otak. Menurut WHO, pada 2002 silam diperkirakan 5,5 juta orang meninggal di seluruh dunia karena stroke.

Mengomentari hasil penelitian Dr Olga Parra itu, Ludger Grote dari Sahlgrenska Hospital, Swedia, mengatakan, penelitian itu membuat orang makin memahami peran sleep apnea pada pasien penderita stroke.

"Studi Dr Olga Parra memperjelas potensi sleep apnea pada penderita stroke. Hal itu bisa menjadi sebuah pertimbangan untuk melihat implikasi untuk melakukan manajemen stroke," katanya.

Kini Dr Olga Parra akan menyebarluaskan hasil studi mereka ke pusat rehabilitasi sleep apnea di seluruh dunia untuk mengurangi angka kematian akibat stroke.

Lima tahun ke depan Dr Olga Parra berharap hasil studi yang baru bisa dimunculkan. Tercatat susah tidur atau insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus, (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Sering kali penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur.

Ada tiga jenis gangguan insomnia, yaitu susah tidur (sleep onset insomnia), selalu terbangun di tengah malam (sleep maintenance insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat dari yang diinginkan (early awakening insomnia).

Cukup banyak orang yang mengalami satu dari ketiga jenis gangguan tidur ini. Dalam penelitian dilaporkan bahwa di Amerika Serikat sekitar 15 persen dari total populasi mengalami gangguan insomnia yang cukup serius. Gangguan tidur insomnia merupakan gangguan yang belum serius jika Anda alami kurang dari sepuluh hari.

Untuk mengatasi gangguan ini kita dapat menggunakan teknik-teknik relaksasi dan pemrograman bawah sadar.Yang penting harus dapat menjaga keseimbangan frekuensi gelombang otak agar sesering mungkin berada dalam kondisi relaks dan meditatif sehingga ketika harus tidur tidak mengalami kesulitan untuk segera terlelap.

0 komentar:

Posting Komentar